1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Taliban Tutup Salon Kecantikan, Derita Perempuan Memburuk

Shabnam von Hein | Shoib Tanha Shokran
7 Juli 2023

Salon kecantikan menjadi salah satu dari sedikit jalan yang tersisa bagi perempuan Afganistan untuk mendapatkan penghasilan dan bersosialisasi. Namun, Taliban ingin salon ditutup dalam waktu satu bulan.

https://p.dw.com/p/4TYpT
Salon kecantikan perempuan di Kabul, Afganistan
Perintah Taliban untuk menutup salon kecantikan akan memaksa penutupan ribuan bisnis yang dijalankan oleh perempuanFoto: Rahmat Gul/AP/picture alliance

Seluruh salon kecantikan dan salon rambut di seluruh Afganistan harus ditutup dalam waktu satu bulan, demikian perintah Taliban pada pekan ini, tanpa menjelaskan alasan di balik keputusan tersebut.

Perintah itu otomatis akan memaksa penutupan ribuan bisnis yang dijalankan oleh perempuan.

Kamar Dagang Kabul memperkirakan bahwa lebih dari 50.000 perempuan Afganistan akan kehilangan pekerjaan.

"Saat ini ada sekitar 12.000 salon rambut perempuan yang beroperasi di Afganistan,” Abdul Latif Salehi, Direktur Eksekutif Kamar Dagang Kabul, mengatakan kepada DW.

Salon-salon ini harus menutup pintunya secara permanen pada 26 Juli mendatang, menurut keputusan Taliban.

Salon sering kali menjadi satu-satunya sumber pendapatan rumah tangga dan salah satu dari sedikit jalan yang tersisa bagi perempuan untuk bersosialisasi jauh dari rumah.

Afganistan menghadapi bencana kemanusiaan

Fatemah telah bekerja di salon sejak kematian kakaknya dalam serangan bunuh diri di Kabul.

"Saya menjadi satu-satunya pencari nafkah untuk keluarga saya yang beranggotakan lima orang. Sekarang saya sangat khawatir tentang apa yang akan terjadi pada saya dan keluarga saya ketika itu ditutup," katanya kepada DW.

Laleh, seorang penata rambut dari Herat, juga telah mengimbau Taliban untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka, dengan menunjukkan bahwa dia sejauh ini mematuhi semua aturan yang ditetapkan dan tidak melanggar Syariah atau hukum Islam.

"Saya mendesak Taliban untuk tidak membatasi lebih jauh hak-hak perempuan dan tidak membuat hidup mereka seperti neraka," katanya putus asa.

Nasib perempuan berubah di bawah Taliban

Setelah merebut kekuasaan pada Agustus 2021, Taliban mulai memaksa perempuan keluar dari ruang publik, melarang anak perempuan dan perempuan dari sekolah menengah dan universitas, melarang mereka dari taman, pasar malam, pusat kebugaran, hingga dan memerintahkan mereka untuk menutup diri di depan umum.

Sebagian besar perempuan juga dilarang bekerja untuk PBB atau LSM. Sementara ribuan perempuan lainnya telah dipecat dari pekerjaan pemerintah atau dibayar untuk tinggal di rumah.

Sebuah laporan terbaru kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB oleh Richard Bennett, pelapor khusus untuk situasi hak asasi manusia di Afganistan, mengatakan keadaan buruk perempuan dan anak perempuan di negara itu "termasuk yang terburuk di dunia."

"Diskriminasi yang parah, sistematis, dan terlembagakan terhadap perempuan dan anak perempuan adalah inti dari ideologi dan aturan Taliban, yang juga menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka mungkin bertanggung jawab atas apartheid gender,” kata Bennett.

Kemarahan dan keputusasaan di kalangan perempuan

Perintah penutupan salon dikeluarkan beberapa hari setelah pemimpin tertinggi Taliban, Hibatullah Akhundzada, mengatakan perempuan Afganistan diselamatkan dari "penindasan tradisional" dengan penerapan pemerintahan Islam dan bahwa status mereka sebagai "manusia yang bebas dan bermartabat" telah dipulihkan.

Pernyataan itu dikecam oleh para pembela hak asasi manusia dan perempuan di media sosial.

"Saya tidak mengerti misogini Taliban. Mengapa perempuan bahkan tidak memiliki hak untuk memotong rambut mereka? Demi Tuhan, kami lelah hidup dalam kondisi ini. Kami telah melakukan semua yang mereka perintahkan," kata Nasrin, yang telah menjalankan salon kecantikan di Kabul selama bertahun-tahun, kepada DW.

"Mereka juga memungut pajak dari pangkas rambut saya, tapi mereka tetap memblokir kami," tambahnya.

Pada hari Selasa (04/07), Misi Bantuan PBB di Afganistan mengimbau pihak berwenang untuk mencabut perintah penutupan salon.

"Pembatasan baru terhadap hak-hak perempuan ini akan berdampak negatif pada ekonomi dan bertentangan dengan dukungan yang dinyatakan untuk kewirausahaan perempuan," katanya dalam sebuah cuitan.

Nasrin, pemilik salon, mengatakan 10 siswi dan mahasiswa yang telah dicabut haknya untuk mengenyam pendidikan, saat ini bekerja di salonnya. Namun, saat ini dia khawatir, mereka semua juga akan menjadi pengangguran.

(ha/hp)