1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiGlobal

Sejauh Mana AI akan Mengubah Dunia Pariwisata?

14 April 2023

Chatbots, robot, dan teknologi kecerdasan buatan kini sedang mengubah industri pariwisata. Namun, apa benar AI bisa mengantikan manusia? Tidak di semua bidang, kata pakar.

https://p.dw.com/p/4Q1ky
Robot "Hugo" di kota Erfurt
Robot "Hugo" di kota Erfurt memberi informasi kepada wisatawanFoto: Martin Schutt/dpa/picture alliance

Coba minta ChatGPT untuk merekomendasikan tempat-tempat di Bali yang belum dibanjiri wisatawan, ChatGPT akan kewalahan. Karena program itu memerlukan asupan data dan justru data tentang tempat yang belum dikunjungi atau dikerubungi wisatawan terlalu sedikit atau tidak ada.

Namun, kalau kita mencari tempat-tempat wisata populer, ChatGPT akan punya banyak usulan tepat. Karena banyak orang di tempat itu yang berfoto dan merekomendasikan lokasi itu kepada orang lain, dan ChatGPT bisa menggunakan data-data itu.

"Tidak akan lama, sampai chatbot khusus pariwisata bisa memandu kita melewati kota-kota," kata Wolfram Höpken, profesor bisnis informatika di Ravensburg-Weingarten University of Applied Sciences di Jerman selatan. Dia mengatakan, untuk itu "teknologinya sudah cukup maju." Bahkan di beberapa bidang pariwisata "aplikasi AI sudah digunakan secara luas."

ChatGPT dengan teknologi kecerdasan buatan
ChatGPT dengan teknologi kecerdasan buatanFoto: Avishek Das/SOPA Images via ZUMA Press Wire/picture alliance

Digunakan perusahaan untuk efisiensi

Kecerdasan Buatan atau AI sebagian besar digunakan saat ini untuk mengoptimalkan operasi perusahaan wisata, meskipun para pelancong tidak selalu menyadari hal ini. Maskapai penerbangan misalnya, menggunakan AI untuk memprediksi berapa banyak penumpang yang akan membatalkan penerbangan mereka pada rute tertentu. Perusahaan lain mengandalkan teknologi itu untuk mendeteksi penipuan pemesanan online. AI juga bisa digunakan untuk pengendalian massa.

"Sudah banyak aplikasi AI yang digunakan oleh penyelenggara wisata, destinasi wisata dan platform travel online,” kata Wolfram Höpken.

Wisatawan atau orang yang sedang merencanakan liburan mungkin juga sudah menggunakan AI, tanpa menyadarinya. Sering kali, jika kita menghubungi operator tur besar, kita akan dihubungkan dengan chatbot online, bukan dengan orang sungguhan. Ada juga sistem cerdas yang misalnya digunakan oleh platform pemesanan hotel, untuk memberi pelanggan penawaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi khusus mereka. Dan sekarang, sudah ada juga robot-robot yang mengambil alih tugas-tugas staf hotel dan restoran.

Namun, robot yang mengumpulkan piring kotor dari meja restoran dan membawanya ke dapur belum ada. Karena robot tidak dapat benar-benar menavigasi secara mandiri berkeliling restoran untuk tahu siapa yang sudah selesai makan atau belum, kata Wolfram Höpken. Selain itu, tidak semua pelanggan ingin berinteraksi dengan robot.

Tidak bisa digunakan pada semua bidang bisnis

Aplikasi AI bisa dan akan digunakan di beberapa area sektor perdagangan dan wisata, tetapi tidak di area yang lain, jelas Wolfram Höpken.

Wolfram Höpken yakin bahwa teknologi seperti ChatGPT akan semakin banyak dan semakin penting, terutama pada bidang, di mana kesalahan jawaban tidak memiliki konsekuensi yang serius atau berbahaya. Misalnya kalau turis bertanya kepada AI, maka siapa pun bisa mengikuti saran dari jawabannya, tapi tidak harus. Turis bisa saja mengabaikan jawaban atau saran itu.

Apakah chatbots benar-benar akan menggantikan buku panduan wisata yang ditulis oleh manusia berdasarkan pengalaman pribadi? Kalau ditanya, ChatGPT sendiri tampaknya tidak berpikir dia akan bisa menyaingi buku panduan itu dalam waktu dekat: "Meskipun saya dapat berguna sebagai asisten digital, saya rasa saya tidak dapat membangun pengalaman dan opini yang ditawarkan oleh pemandu perjalanan dan penduduk setempat," jawab program pintar itu.

(hp/ha)