1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTT ASEAN-Jepang: Cina dan Iklim jadi Fokus Utama

15 Desember 2023

Keamanan wilayah regional khususnya di Laut Cina Selatan dan iklim akan jadi fokus pembicaraan dalam KTT Asean-Jepang.

https://p.dw.com/p/4aB94
Ilustrasi: bendera negara-negara ASEAN
Ilustrasi: bendera negara-negara ASEANFoto: FREEDY TUNGGA/INA Photo Agency/IMAGO

Pemimpin negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Jepang akhir pekan ini akan mengadakan pembicaraan mengenai peningkatan hubungan keamanan dengan fokus utama yakni Cina dan upaya kontroversial Tokyo dalam membangun kerja sama energi.

Beijing mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan, yang merupakan koridor perdagangan penting. Perilaku Beijing yang kian agresif di wilayah yang juga diklaim oleh negara-negara Asia Tenggara ini telah memicu ketegangan di tingkat regional.

Jepang, yang juga punya klaim teritorial di wilayah yang bersinggungan dengan Cina, telah meningkatkan belanja militer dan meningkatkan kerja sama keamanan di kawasan Asia-Pasifik.

Bulan lalu, Jepang setuju membantu Filipina dalam pengadaan kapal penjaga pantai baru, memasok sistem radar, dan memulai pembicaraan mengenai kesepakatan untuk mengerahkan pasukan di wilayah masing-masing negara. Dalam beberapa pekan terakhir, Filipina kembali dilanda serangkaian insiden yang melibatkan kapal-kapal Cina.

Menurut rancangan pernyataan akhir pertemuan puncak yang dilihat oleh AFP, Jepang dan ASEAN akan berkomitmen untuk "(memperkuat) kerja sama keamanan, termasuk kerja sama keamanan maritim."

Para pemimpin juga diharapkan menekankan perlunya "wilayah Indo-Pasifik yang taat peraturan, serta bebas dan terbuka." Ditekankan juga perlunya penyelesaian sengketa secara damai dan penghormatan terhadap integritas wilayah negara.

Pada bulan September, militer negara-negara ASEAN mengadakan latihan gabungan pertama mereka. Tuan rumah Indonesia bersikeras bahwa latihan tersebut bukanlah latihan tempur, melainkan fokus pada bidang-bidang seperti bantuan bencana dan patroli maritim. 

Latgab Militer ASEAN Pertama

ASEAN terdiri dari Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Myanmar juga adalah anggota, tetapi pemimpin junta dilarang menghadiri pertemuan tingkat tinggi blok ini karena gagal menerapkan lima poin rencana perdamaian yang disepakati setelah kudeta tahun 2021.

Jepang ingin perkuat kerja sama energi

Selain meningkatkan kerja sama keamanan regional, Jepang juga diperkirakan akan memanfaatkan KTT tersebut untuk mendorong kerja sama energi. Pertemuan platform Komunitas Nol Emisi Asia (AZEC) dijadwalkan pada hari Senin (18/12) secara visual dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, kata para pejabat.

Saat ini Tokyo tengah meningkatkan sektor energi terbarukan, tapi mendapat kecaman dari kelompok lingkungan hidup karena mengalokasikan pendanaan publik dalam skala besar untuk proyek bahan bakar fosil di seluruh Asia.

Keamanan di Laut Cina Selatan masih akan menjadi fokus di KTT ASEAN-Jepang
Kapal penjaga pantai milik Cina (kanan) menyemprot meriam air ke kapal Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan Filipina saat mendekati Scarborough Shoal di Laut Cina Selatan yang disengketakan, Sabtu 9 Desember 2023.Foto: (Philippine Coast Guard/AP/picture alliance

"Kita tidak bisa meminta semua negara ASEAN untuk beralih ke energi terbarukan secara drastis karena mereka tidak memiliki teknologi yang memadai, mereka tidak memiliki sumber daya yang memadai,” kata seorang pejabat pemerintah Jepang.

Penggunaan batu bara diperkirakan turun

Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan konsumsi batu bara di seluruh dunia akan mulai menurun tahun depan, setelah mencapai puncaknya tahun 2023.

Pada Jumat (15/12) IEA mengeluarkan perkiraan terbarunya ini setelah pada perundingan iklim PBB COP28 hampir 200 negara mengadopsi kesepakatan, yang menyatakan bahwa dunia akan beralih dari bahan bakar fosil untuk mencapai emisi net-zero pada tahun 2050 dan membatasi pemanasan global.

Batubara adalah penghasil energi dengan sumber emisi CO2 terbesar yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Para ilmuwan mengatakan bumi telah memanas sebesar 1,2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan memperkirakan tahun 2023 sebagai tahun terpanas dalam sejarah seiring dengan meningkatnya intensitas cuaca ekstrem seperti meluasnya badai, kekeringan, dan kebakaran hutan di seluruh dunia. 

Konsumsi bahan bakar fosil paling kotor ini meningkat sebesar 1,4% di 2023, menyentuh rekor 8,5 miliar ton. Hal ini karena peningkatan konsumsi oleh Cina, India, dan Indonesia melebihi penurunan tajam permintaan batu bara di Eropa dan Amerika Serikat, kata lembaga yang berkantor pusat di Paris tersebut. 

"Kami memperkirakan akan terjadi tren penurunan permintaan batu bara di seluruh dunia, mulai tahun 2024,” kata IEA, seiring terus berkembangnya pembangkit listrik terbarukan dari tenaga surya dan angin.

Berdasarkan data IEA, konsumsi batu bara di Cina tumbuh sebesar 220 juta ton atau 4,9% pada 2023, sedangkan di India tumbuh 8% dan 11% di Indonesia.

Konsumsi batu bara menurun 23% atau sebesar 107 juta ton di Eropa, sementara di Amerika Serikat menurun 95 juta ton atau 21%. Sebagian besar penurunan disebabkan oleh melemahnya aktivitas industri dan peralihan dari pembangkit listrik tenaga batu bara ke energi terbarukan.

IEA mengatakan sulit memperkirakan permintaan di Rusia, yang saat ini merupakan konsumen batu bara terbesar keempat, karena konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.

ae/hp (AFP)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.