1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Persamaan HakPakistan

Kenapa Perempuan di Pedesaan Lebih Aktif Berpolitik?

Mudaser Aijaz
24 Januari 2024

Pemilu legislatif di Pakistan acap ditandai dengan tingginya tingkat partisipasi perempuan di pedesaan ketimbang di perkotaan. Motivasi terbesar adalah kemiskinan. Mampukah pemilu mengubah nasib mereka?

https://p.dw.com/p/4bcJa
Perempuan Pakistan
Perempuan PakistanFoto: Saba Rahman/DW

Pada tanggal 8 Februari 2024, Pakistan akan menggelar pemilihan umum legislatif. Sejatinya, dari 127 juta pemilih yang terdaftar, 58,5 juta adalah perempuan. Namun tingkat keikutsertaan perempuan pada pemilu tergolong rendah, bahkan di kota-kota besar seperti Lahore, Islamabad atau Karachi sekalipun.

"Saya tidak memilih dalam empat pemilu terakhir dan sebenarnya masih belum ingin menggunakan hak suara saya," kata Saadia Qamar, bekas diplomat dan penulis yang tinggal di Karachi. Dia merasa termarjinalkan oleh realita politik di Pakistan yang kian menjauh dari ideologinya yang liberal.

Di Pakistan, partisipasi perempuan uniknya tercatat paling banyak di wilayah pedesaan. Pada pemilu legislatif tahun 2018, lima daerah pemilihan dengan tingkat keikutsertaan perempuan tertinggi berada di luar kota besar.

Pada 2018, tingkat partisipasi publik berkisar rata-rata 51,7 persen. Jumlahnya pada kaum perempuan tercatat 46,7 persen. Tingkat keikutsertaan perempuan tertinggi tercatat di dua daerah pemilihan di wilayah gurun, Tharpakar, yang melampaui angka 71 persen.

Di kedua dapil, tingkat partisipasi laki-laki berjumlah lebih rendah, yakni 65,4 persen dan 70,5 persen. Tharpakar terletak di provinsi Sindh di selatan Pakistan dan berbatasan dengan India. Kawasan ini mencatatkan populasi pemeluk Hindu yang tinggi.

Ribuan Pengungsi Afganistan Terpaksa Meninggalkan Pakistan

Tharpakar dikenal sebagai wilayah tertinggal. Meski kaya akan batu bara, kawasan ini belum memiliki infrastruktur yang memadai seperti listrik, air minum, pendidikan atau layanan kesehatan.

Pemilu sebagai harapan perbaikan ekonomi

Pushpa Kumari, pegiat sosial di Tharpakar, mengatakan betapa himpitan kemiskinan menjadi motivasi terbesar bagi pemilih perempuan. "Mereka yang hidup di wilayah terpencil tergolong tertinggal ketimbang kaum perempuan di perkotaan. Saban lima tahun, mereka berharap bisa mendorong perubahan dengan berpartisipasi dalam pesta demokrasi."

Perempuan berusia 49 tahun itu menambahkan, pemilu di wilayah pedesaan di Pakistan cendrung menghasilkan dukungan mayoritas bagi salah seorang kandidat. "Ada kelompok perempuan yang menukar suaranya demi kebutuhan dasar seperti bahan makanan, tepung atau jaminan pekerjaan," kata Kumari.

Menurutnya, kaum perempuan di Tharpakar menyambut pemilu legislatif sebagai satu-satunya kesempatan memperbaiki taraf hidup.

Shazia Batool, Penderita Polio Mendobrak Batasan di Pakistan

Jalan terjal menuju perbaikan

Taj Haider, politisi dari Partai Rakyat Pakistan PPP, menegaskan betapa perempuan di wilayah pedesaan telah mengembangkan kesadaraan politik dan memiliki daya tawar yang lebih tinggi.

"Ketertarikan kaum perempuan di wilayah terpencil kepada sistem pemilu di Pakistan nyaris tidak ada duanya," kata dia.

Salah satu faktor di balik tingkat mobilisasi yang tinggi adalah kemiskinan dan harapan atas perbaikan kualitas pendidikan atau status sosial, imbuhnya. Menurut Haider, partai-partai politik Pakistan sudah menitikberatkan program kampanyenya pada kebutuhan kaum perempuan di pedesaan.

Termasuk di antaranya adalah perbaikan jejaring sosial dan layanan kesehatan. Namun dia juga mewanti-wanti terhadap janji berlebihan, karena besarnya upaya yang dibutuhkan ntuk mengeluarkan perempuan di pedesaan dari kemiskinan dan memperbaiki taraf hidup mereka.

rzn/hp

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!