1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Fotografer Akui Buat Gambar Pakai AI

19 April 2023

Seorang fotografer asal Jerman menyabet penghargaan dalam kompetisi internasional dengan kategori hasil kecerdasan buatan (AI). Dia menolak raihan itu, sehingga memicu perdebatan seputar peran AI dalam pembuatan gambar.

https://p.dw.com/p/4QH9E
Künstliche Intelligenz im Spiel: Berliner Fotograf lehnt Preis ab
Foto: picture alliance/dpa/Boris Eldagsen

Fotografer asal Berlin, Boris Eldagsen, menolak penghargaan dari Sony World Photography Awards seraya menyebut bahwa gambar dan fotografi dengan kecerdasan buatan (AI) mestinya tidak boleh bersaing satu sama lain dalam kontes serupa.

Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di laman pribadinya, Erdagsen mengaku ikut kompetisi itu "sebagai orang yang main-main atau tidak serius" supaya mengetahui persiapan acara itu dalam menangani konten yang dihasilkan oleh AI.

Dia juga mendesak untuk berdebat seputar peran AI dalam dunia fotografi.

"Kita, dunia foto, perlu debat terbuka. Sebuah diskusi yang mempertimbangkan hal yang masuk dalam fotografi dan yang tidak," tulis Eldagsen.

Apa yang ditampilkan dari foto AI?

Bulan lalu, pihak penyelenggara memilih karya Eldagsen yang berjudul "Pseudomnesia: The Electrician" jadi pemenang kategori kreatif

Gambar berwarna sepia memperlihatkan dua wanita beda generasi, yang satu berdiri di belakang yang lain.

"Berapa banyak dari kalian yang mengetahui atau mencurigai kalau ini dibuat menggunakan AI? Rasanya ada yang tidak beres kan?" kata Eldagsen.

Dia menggaris bawahi bahwa fotografi harusnya tidak disamakan dengan konten yang dihasilkan oleh AI. "Keduanya merupakan entitas yang berbeda. AI bukan fotografi."

Respons Penyelenggara

Semula, pihak penyelenggara menuding Eldagsen melakukan "upaya sengaja untuk menyesatkan" mereka.

"Karena dia sudah memutuskan untuk menolak penghargaan, kami harus menangguhkan kegiatan kami dengannya dan sesuai dengan permintaannya, kami telah mengeluarkannya dari kompetisi," kata pihak penyelenggara kepada DW.

"Kendati elemen-elemen praktik AI relevan dalam kontes artistik, pembuatan gambar, penghargaan ini bakal selalu dan terus jadi sarana untuk memperjuangkan keunggulan dan keterampilan para fotografer dan seniman yang bekerja di dunia ini," tambah pernyataan itu.

Mereka juga mengaku bahwa mereka "tidak sabar untuk terlibat dalam diskusi yang lebih mendalam" dengan para seniman.

Eldagsen menyebut "omong kosong" kalau pihak penyelenggara bersedia untuk memulai diskusi dengannya.

Menurutnya, badan penyelenggara menolak untuk menjawab pertanyaan darinya dan dari para wartawan.

"Mereka memiliki begitu banyak pilihan untuk menggunakan hal ini menjadi sisi baik. Namun, mereka tidak menggunakan pilihan itu," kata Eldagsen.

Kemudian, pada Selasa (18/03), pihak penyelenggara menghapus tudingan soal penyesatan yang telah disunting dan dikirim ke kantor berita AFP.

Perdebatan Gambar AI

Belakangan, AI jadi tajuk utama karena kemampuannya untuk menghasilkan sejumlah konten, dari rencana perjalanan yang rinci hingga esai akademis dan kode dalam berbagai bahasa pemrograman.

Gambar buatan AI juga memenuhi dunia maya, memunculkan sebuah obrolan mengenai AI dan disinformasi.

Bulan lalu, AI membuat foto yang menggambarkan penangkapan mantan Presiden AS Donald Trump, yang memicu kontroversi di jagat maya.

Dengan model bahasa baru seperti DALL-E 2, pengguna dapat membuat gambar yang rinci dan realistis menggunakan perintah teks dalam hitungan detik.

mh/hp (AFP, dpa)