1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cacing Laut Berpotensi Merevolusi Kedokteran

Hilmar Liebsch
14 November 2023

Molekul khusus dalam darah cacing laut dapat mengangkut oksigen 40 kali lipat dibanding sel darah merah manusia. Temuan ini bisa merevolusi kedokteran gawat darurat, transplantasi organ tubuh atau terapi pasien stroke.

https://p.dw.com/p/4YeYF
Nationalpark Deutschland Nationalpark Wattenmeer, Nordfriesland
Foto sebagian kawasan Wattenmeer, Utara Jerman. Di kawasan ini ditemukan Arenicola Marina.Foto: alimdi / Arterra/imageBROKER/picture alliance

Pukul sepuluh malam adalah saatnya pasang surut. Waktu yang tepat untuk mencari organisme yang dapat merevolusi dunia kedokteran. Tepatnya, yang dicari adalah cacing yang dikenal dari laut Wadden. Nama latinnya: Arenicola Marina. Makhluk ini sudah menghuni Bumi sejak 350 tahun. Diameternya sebesar jari tangan anak-anak, dan panjangnya hingga 40 sentimeter.

Sebagian pasien gawat darurat membutuhkan elemen yang berasal dari tubuh cacing laut dari kawasan Wattenmeer tersebut. Lebih tepatnya lagi: komponen dari darah cacing gelang pemakan pasir itu, yang memasok organ tubuh dengan oksigen, yaitu hemoglobin atau sel darah merah.

Yannick Le Meur adalah ahli transplantasi di Rumah Sakit Universitas Brest. Dia mengungkap, sejak 20 tahun mereka menungggu temuan baru, yang memperbaiki situasi organ tubuh. "Dulu kami tidak mendapatkannya, jadi ini sesuatu yang cukup besar."

Teliti Cacing Pantai Yang Mampu Tahan Nafas Panjang

Sementara ahli biologi kelautan Franck Zal mengatakan, awalnya peneliti lain menertawakan upaya timnya. Begitulah pengalamannya 25 tahun lalu. Franck Zal dan timnya melakukan penelitian atas binatang yang hidup dalam kondisi lingkungan ekstrim.

"Saya bertanya pada disi sendiri, bagaimana Arenicola Marina bernafas di antara pasang surut dan pasang naik?" Menurut Zal, dulu ini murni riset dasar, tepatnya pertanyaan seorang ahli biologi kelautan. Ketika melakukan penelitian, dia menemukan, cacing berhenti bernafas saat pasang surut. "Binatang ini hanya bernafas jika ada di bawah air."

Cacing wadden, punya insang seperti ikan. Tapi saat pasang surut, cacing ini tidak mati kehabisan nafas, walau berhenti menghirup udara. Franck Zal mengatakan lebih jauh, dia fokus meneliti cacingnya dan menemukan molekul khusus. Molekul itu tidak berada di dalam sel darah merah, melainkan berenang bebas dalam darah. "Strukturya sangat mirip sel darah merah manusia," ungkap Zal.

Sementara itu, di rumah sakit Universitas kedokteran di Brest, ahli transplantasi Yannick Le Meur meneliti keampuhan preparat dari cacing wadden.

Ia mengatakan, preparat itu sangat penting, karena bisa membawa oksigen ke dalam jaringan. Aplikasi pertamanya adalah pada cangkok organ tubuh. "Kita tahu, organ tubuh saat prosedur pencangkokan perlu oksigen," ditekankan Le Meur.

Salah satu metodenya lewat transplantasi

Transplantasi organ tubuh hanya salah satu kemungkinan aplikasi. Secara teoritis, sel darah merah dari cacing laut ini bisa digunakan untuk kebutuhan medis apapun, saat tubuh kekurangan oksigen. Animasi menunjukkan bagaimana prosesnya. Dibandingkan dengan hemoglobin dalam sel darah manusia, molekul dari cacing laut Wadden bisa mengangkut oksigen 40 kali lipat lebih banyak.

Selnya juga lebih kecil dari sel darah merah manusia. Sel ini bisa terus menerobos, jika saluran darah menyempit bahkan tersumbat. Kemungkinan wilayah aplikasinya, antara lain pada terapi stroke. Tapi juga pada luka yang sulit sembuh seperti pada diabetes atau kasus kekurangan oksigen pada Covid-19.

Franck Zal mengemukakan, "Kita bisa bayangkan puluhan kemungkinan aplikasi. Dan itu berasal dari molekul pengangkut oksigen dari dalam darah cacing sederhana ini. "Dunia kedokteran membuktikan, cacing Arenicola Marina punya jejak bernilai tinggi, dan bukan hanya meninggalkan setumpuk kotoran di pasir pantai saja. (ml/as)