1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanJerman

Setelah COVID: Apakah Jerman Siap Hadapi Pandemi Berikutnya?

Anna Carthaus
30 April 2024

Anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai babak baru perundingan untuk mencapai kesepakatan global mengenai pandemi. Sudahkah Jerman mengambil pelajaran dari pandemi virus corona?

https://p.dw.com/p/4fLKC
Foto ilustrasi rumah sakit di Jerman
Foto ilustrasi rumah sakit di JermanFoto: Jens Büttner/dpa/picture alliance

Dunia tampaknya berhasil mengatasi COVID-19 – dan kini sedang melakukan persiapan untuk mengatasi pandemi apa pun di masa depan. Kesepakatan global mengenai pandemi sedang dirancang untuk meningkatkan komunikasi antar negara. Anggota Organisasi Kesehatan Dunia WHO saat ini sedang merundingkan rancangan perjanjian tersebut.

Banyak ilmuwan yakin bahwa akan ada pandemi lagi. Flu, virus corona baru, atau virus cacar termasuk di antara kandidat potensial. "Flu burung akan menimbulkan ketidaknyamanan,” kata Emanuel Wyler, ahli biologi molekuler dari Max Delbrück Center di Berlin. "Cacar juga bisa menjadi mimpi buruk." Namun penyakit campak atau bakteri yang resistan terhadap banyak penyakit juga mungkin terjadi – daftar kandidat pemicu pandemi cukup panjang.

Dunia yang semakin terhubung dan perubahan iklim menyebabkan penyakit menular dapat menyebar dengan lebih cepat dan mudah. Peternakan intensif dan perambahan manusia ke habitat satwa liar, membuat kemungkinan terjadinya zoonosis yakni perpindahan dan penularan penyakit dari hewan ke manusia, jadi lebih besar lagi,.

Bagaimana Jerman mengambil pelajaran dari pandemi COVID-19. Apakah negara ini siap menghadapi pandemi lainnya?

Rumah sakit mainkan peran penting

Bangsal perawatan intensif yang penuh sesak dan staf yang kelelahan bekerja tanpa henti, adalah gambaran umum pada masa puncak pandemi corona. Dalam menghadapi pandemi apa pun di masa depan, yang terpenting adalah seberapa baik rumah sakit-rumah sakit di Jerman mampu menghadapi gelombang pasien yang datang secara tiba-tiba.

"Penyediaan layanan kesehatan di masa krisis hanya akan berjalan dengan baik, jika rumah sakit berjalan dengan baik dalam kondisi normal,” kata Christian Karagiannidis, dokter perawatan kritis di Rumah Sakit Köln-Merheim. "Saat ini, hal itu belum ada dalam bentuk yang memadai.”

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Di Jerman ada sekitar 1.700 rumah sakit, namun hanya seperempatnya yang merawat pasien COVID-19 selama masa pandemi lalu. Karena di banyak rumah sakit tidak ada ketersediaan tempat tidur cadangan untuk kejadian tak terduga. Kementerian Kesehatan Jerman kini berupaya mentransformasi sektor rumah sakit agar pasien dan beban kerja para tenaga kesehatan terdistribusi lebih merata.

Christian Karagiannidis adalah anggota dari komisi pemerintah yang terlibat dalam reformasi rumah sakit. Menurut dia, penting untuk memperluas jumlah rumah sakit yang memiliki setidaknya sepuluh tempat tidur perawatan intensif dengan fasilitas lengkap, seperti fasilitas intubasi, kateter jantung dan helipad. Sedangkan rumah sakit yang lebih kecil harus ditutup, atau bergabung dengan yang lebih besar.

Bagaimana mRNA Akan Berdampak pada Terapi Kanker

Jerman perlu lebih banyak pekerja layanan kesehatan

Masalah lainnya adalah makin bertambah tuanya usia rata-rata pekerja layanan kesehatan. Di negara bagian Nordrhein Westfalin (NRW) misalnya, satu dari tiga staf kesehatan berusia di atas 55 tahun, menurut data asosiasi pekerja layanan kesehatan, Pflegeklammer. Hanya 15% pekerja layanan kesehatan saat ini yang berusia di bawah 30 tahun, kata organisasi itu. Perusahaan asuransi kesehatan DAK mengatakan, tidak mungkin menggantikan para pekerja layanan kesehatan yang akan memasuki masa pensiun.

"Di masa pandemi corona, rumah sakit-rumah sakit belajar untuk bekerja sama dan bukan sebagai saingan, itu memberi harapan," kata Christian Karagiannidis. Dan pelajaran lain adalah, harus ada stok masker, pakaian pelindung, dan obat-obatan yang cukup.

"Kita perlu memikirkan apa yang akan terjadi jika pandemi berikutnya terjadi sekarang,” kata dokter awat darurat Karagiannidis. "Kita perlu mengembangkan skenario, sehingga kita bisa melihat di mana titik lemahnya.” Tapi itu masih belum terjadi.

"Sisi positifnya: selama pandemi virus corona, banyak pusat vaksinasi didirikan dan bisa melakukan vaksinasi dalam jumlah besar dalam waktu singkat," kata Philipp Wiesener, yang bertanggung jawab atas manajemen krisis nasional dan perlindungan kesehatan masyarakat untuk Palang Merah Jerman.

Pesatnya pengembangan vaksin yang efektif juga dapat mencegah krisis layanan kesehatan yang lebih buruk. "Sungguh beruntung perkembangan teknologi mRNA telah mengalami kemajuan sejauh ini,” kata Emanuel Wyler. Selama pandemi, vaksin mRNA terbukti menjadi vaksin yang fleksibel dan selalu bisa disesuaikan dengan varian virus yang baru. Namun, vaksin ini hanya berfungsi jika sudah jelas struktur patogen mana yang harus dijadikan target. (hp/as)