1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Alam dan LingkunganAmerika Serikat

PBB Capai Kesepakatan Bersejarah untuk Lindungi Laut Lepas

6 Maret 2023

Negara-negara anggota PBB akhirnya mencapai konsensus untuk mengadopsi perjanjian terkait perlindungan laut lepas. Tujuannya untuk melestarikan dan memastikan penggunaan keanekaragaman hayati laut secara berkelanjutan.

https://p.dw.com/p/4OHwa
Foto keanekaragaman hayati laut
Foto: Henley Spiers/AP/picture alliance

Setelah lima putaran negosiasi yang berlarut-larut, negara-negara anggota PBB akhirnya menyepakati sebuah perjanjian yang mengikat secara hukum untuk melindungi laut lepas.

Konsensus tercapai setelah melewati lebih dari 15 tahun diskusi, termasuk di dalamnya empat tahun pembicaraan formal, dan sesi negosiasi terakhir ketiga dalam waktu kurang dari setahun.

"Kapal telah mencapai pantai,” kata presiden konferensi Rena Lee saat mengumumkan perjanjian tersebut pada Sabtu (04/03) di markas PBB di New York, yang kemudian disambut dengan tepuk tangan delegasi yang hadir.

Perjanjian yang lama ditunggu-tunggu ini menandai titik balik yang signifikan dalam upaya melindungi laut lepas dan melestarikan kehidupan laut.

Perjanjian tersebut diharapkan dapat berkontribusi pada konservasi dan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan, sekaligus melindungi hak dan kepentingan semua negara yang terlibat.

Penangkapan ikan, pelayaran, pariwisata, dan perlindungan laut saat ini dikendalikan oleh sekitar 20 organisasi. Namun, peraturan mereka hanya berlaku untuk jarak 200 mil laut (370 kilometer) dari pantai. Sementara untuk jarak yang lebih jauh dari itu, perairan internasional dimulai, dan masing-masing negara tidak memiliki kekuatan atau suara apa pun di sana.

Meskipun laut lepas menempati lebih dari separuh permukaan bumi dan 61% dari semua samudra, hanya 1% perairan internasional yang dilindungi.

Penangkapan ikan secara ilegal dan berlebihan, serta bentuk aktivitas lainnya yang merusak ekosistem seperti penambangan laut dalam dan pengeboran minyak dan gas di area ini hampir tidak dapat dimonitor, dilacak, atau dituntut hukum secara konsisten.

Kondisi ikan-ikan di perairan internasional hampir tidak mungkin bisa dikontrol.
Kondisi ikan-ikan di perairan internasional hampir tidak mungkin bisa dikontrol.Foto: Ben Stansall/AFP/Getty Images

Perjanjian bersejarah

Para konservasionis berharap perjanjian baru ini akan membantu memenuhi kewajiban internasional untuk melindungi 30% lautan dunia pada tahun 2030, sebagaimana disepakati pada Desember 2022 lalu.

Masih belum jelas seberapa efektif perjanjian ini nantinya. Tapi semuanya tergantung pada teks akhir dari perjanjian, yang diperkirakan akan dirilis pada hari Senin (06/03), kata Minna Epps, ketua tim kelautan dari Persatuan Internasional untuk Pelestarian Alam (IUCN) yang memimpin delegasi mereka di New York.

Menurut Epps, perjanjian itu masih harus diratifikasi oleh masing-masing negara, termasuk beberapa negara yang mungkin harus mengubah undnag-undang mereka terlebih dahulu untuk bisa mengimplementasikan perjanjian itu.

"Tapi ini tetap adalah kesepakatan bersejarah,” katanya kepada DW. Ia pun menyerukan negara-negara untuk meratifikasinya "sesegera mungkin.”

Dalam kesempatan terpisah, Arlo Hemphill, juru kampanye laut senior Greenpeace AS, juga mengatakan bahwa perjanjian itu adalah "kesepakatan konservasi terbesar dalam sejarah dunia.”

"Perjanjian ini membuka jalan untuk pembangunan cagar alam laut sehingga negara dapat mewujudkan komitmen mereka untuk melindungi 30% lautan pada tahun 2030 menjadi kenyataan,” ujar Hemphill dalam sebuah pernyataan.

"Ini adalah jumlah minimum menurut para ilmuwan yang kita butuhkan untuk mencegah runtuhnya eksosistem di lautan, sumber daya terbesar bersama kita dan fondasi kehidupan di planet ini,” tambahnya.

Laut yang sehat penting bagi bumi dan manusia

Sumber daya laut tidak hanya berguna untuk menopang kehidupan para penghuni pantai saja, tapi hampir 3 miliar orang di seluruh dunia. Industri laut secara keseluruhan bernilai sekitar $3 triliun (Rp45,9 kuadriliun), 5% dari produk domestik bruto dunia.

Lautan juga tidak hanya penting bagi wisatawan pantai dan nelayan saja. Kita juga membutuhkannya untuk menghasilkan energi gelombang dan pasang surut yang berkelanjutan, serta untuk produksi komoditas bahkan obat-obatan.

Beberapa agen yang digunakan melawan leukimia misalnya, berasal dari spons air dangkal yang disebut Tectitethya crypta, yang dapat ditemukan di perairan Karibia. Atau racun dari siput laut pemakan ikan yang disebut Conus magus, digunakan untuk mengembangkan obat penghilang rasa sakit yang efektif.

Masih banyak kemungkinan lainnya yang belum dieksplorasi, dan para ilmuwan menyebut ada potensi besar dari laut untuk membuat obat-obatan berbagai penyakit.

Apakah perjanjian baru akan membantu melindungi laut?

Menurut program lingkungan PBB, perjanjian internasional adalah salah satu cara terbaik untuk menghentikan perusakan lautan.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perjanjian yang telah ditandatangani untuk melindungi wilayah pesisir. Beberapa di antaranya telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan, tapi masih banyak yang belum berhasil mencapai tujuan. 

Penyebabnya biasanya berkaitan pada fakta bahwa perjanjian semacam ini selalu bergantung pada parlemen nasional untuk mengubahnya menjadi undang-undang dan mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk lembaga-lembaga dan proyek-proyek dalam mencapai tujuan perjanjian.

gtp/hp

 

Tim Schauenberg
Tim Schauenberg Salah satu reporter iklim DW, Tim Schauenberg berbasis di Brussels dan Münster.tim_schauen