1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik Iran-Israel: Apa Dampaknya terhadap Ekonomi Global

Thomas Kohlmann
18 April 2024

Pasar keuangan sempat panik setelah munculnya berita ada serangan Iran ke Israel. Setelah serangan besar-besaran itu hampir seluruhnya berhasil dicegati, para investor bernapas lega, setidaknya untuk saat ini.

https://p.dw.com/p/4esxh
Pimpinan Iran Ayatollah Ali Khamenei
Pimpinan Iran Ayatollah Ali KhameneiFoto: Iranien Supreme Leader/ZUMA Wire/IMAGO

Kapanpun situasi geopolitik di Timur Tengah memburuk, hal ini dapat dilihat pada gerakan harga minyak di pasaran dunia. Kurva harga minyak ibaratnya kurva demam ekonomi global. Sebelum serangan Iran ke Israel, ketakutan akan eskalasi di Timur Tengah sudah menaikkan harga minyak mentah sekitar sepuluh persen. Menurut pakar bahan mentah Jorge León dari Rystad Energy, perusahaan konsultan energi di Oslo, peningkatan ini "hampir seluruhnya disebabkan oleh konflik yang sedang berlangsung."

"Secara umum, kenaikan harga minyak sebesar sepuluh persen akan meningkatkan inflasi umum di negara-negara maju sebesar 0,1 hingga 0,2 persen. Oleh karena itu, kenaikan harga minyak pada bulan lalu akan meningkatkan inflasi umum di negara-negara tersebut sebesar 0,1 persen,” kata Neil Shearing, kepala ekonom di Capital Economics.

Shearing menyatakan yakin hal ini tidak akan berdampak signifikan terhadap keputusan kebijakan moneter bank-bank sentral, yang sejak beberapa waktu memberi sinyal akan menurunkan suku bunga. Penundaan penurunan suku bunga bisa terjadi, kalau harga minyak terus naik lebih mencolok dan berkelanjutan, katanya.

Pendukung rezim di Iran merayakan serangan drone dan rudal ke Israel
Pendukung rezim di Iran merayakan serangan drone dan rudal ke IsraelFoto: Morteza Nikoubazl/NurPhoto/picture alliance

Akan ada peningkatan produksi minyak?

Faktor penting lain yang menentukan harga minyak adalah angka produksi minyak, yang juga ditentukan oleh kebijakan organisasi negara-negara penghasil minyak OPEC. Negara penghasil minyak besar seperti Arab Saudi atau Uni Emirat Arab bisa segera meningkatkan volume produksinya, kalau harga minyak sudah dianggap terlalu tinggi dan mengganggu perekonomian global

Negara-negara produsen saat ini telah memperpanjang pengurangan produksi sukarela hingga akhir Juni. Kebijakan yang baru rencananya akan dibahas pada pertemuan tingkat menteri OPEC pada 2 Juni, kata Jorge León. "Namun, jika situasi geopolitik di kawasan ini semakin meningkat, kelompok tersebut dapat mengadakan pertemuan luar biasa dalam beberapa minggu mendatang,” katanya.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Dengan kapasitas cadangan hampir enam juta barel per hari, OPEC dapat meningkatkan produksi untuk membatasi tekanan kenaikan harga jika konflik meningkat. "Kemungkinan ke arah itu tinggi," kata Jorge León.

"Harga minyak yang lebih tinggi akan memicu inflasi lagi di negara-negara Barat, dan mendorong bank sentral menunda segala upaya normalisasi kebijakan moneter, sehingga menyebabkan melemahnya pertumbuhan ekonomi global,” jelasnya.

Menunggu tanggapan Israel

Kini pasar sedang menunggu reaksi Israel. Ada sinyal-sinyal yang bertentangan tentang bagaimana kabinet perang Israel menanggapi serangan Iran. Namun hampir tidak ada orang yang percaya bahwa Israel tidak melakukan langkah balasan.

"Siapa pun yang mengharapkan Israel untuk tidak menanggapi serangan Iran..., adalah orang yang mengalami delusi atau tidak tahu apa yang terjadi di Timur Tengah – atau keduanya,” tulis Avi Mayer, mantan pemimpin redaksi Jerusalem Post, di platform X.” Tidak menanggapi hal ini akan dianggap sebagai tindakan pengecut dan hanya akan mengundang serangan yang lebih serius,” katanya.

Yang masih harus dilihat adalah, seberapa besar langkah balasan ini. "Dalam skenario terburuk, pembalasan keras oleh Israel dapat memicu peningkatan eskalasi, yang mungkin mengarah pada konflik regional yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Jorge León.

Dalam keadaan seperti ini, "risiko geopolitik akan meningkat secara signifikan" dan sanksi baru AS terhadap Iran dapat memberikan beban yang lebih besar pada perekonomian global dibandingkan perkiraan saat ini. (hp/as)