1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pekerja Diamati di Tempat Kerja

Christian Pricelius
13 Mei 2021

Serajin apakah pekerja dalam "home office"? Program komputer ada yang bisa lakukan pengamatan, tapi ada cara lain yang lebih baik bagi pekerja dan perusahaan.

https://p.dw.com/p/3tGDz
Foto ilustrasi kecerdasan buatan
Foto ilustrasi kecerdasan buatanFoto: picture-alliance/K. Ohlenschläger

Masa pandemi adalah masa bekerja dari rumah. Banyak orrang menyangka, "homeoffice" atau bekerja di rumah adalah sesuatu yang menyenangkan. Pagi hari santai baca koran dulu. Atau bekerja sambil tiduran juga bisa.

Tapi banyak atasan menganggap itu tidak bagus bagi perusahaan. Sebelum pandemi, atasan sering mengontrol, apakah pekerjanya rajin dan efektif. Tapi sekarang, sekitar 30% pegawai di seluruh dunia melakukan homeoffice.

Bagaimana mengukur prestasi kerja?

Piranti lunak khusus bisa mengukur siapa yang paling rajin, siapa yang bicara lama di telepon, selain itu, apa yang dikatakan di telepon. Ketikan pada keyboard, dan klik pada mouse dicatat. 

Ada juga majikan yang membuat "screenshot" dari pekerjanya, atau merekam dengan kamera.

Piranti Lunak Bisa Mata-Matai Pegawai

Di Jerman, program-program seperti itu dilarang, karena masalah perlindungan data. Tapi di banyak negara lain, piranti lunak semacam itu sekarang banyak digunakan. Tapi, seberapa jauh atasan atau perusahaan bisa mengawasi pekerjanya? Apa kata Serikat Buruh?

Christy Hoffman, Sekretaris Jenderal Uni Global Union, atau persatuan serikat pekerjaglobal mengungkap, pekerja biasa dimonitor sampai batas tertentu. Dalam hal produktifitas atau laporan harian pekerjaan mereka. "Tapi masalahnya sebagian sistem pengawasan tidak menghormati hak-hak kebebasan sama sekali." Jadi tergantung bagaimana perusahaan menggunakannya, juga apa pekerja punya hak untuk bicara.

Data yang dikumpulkan perusahaan

Bagi serikat pekerja, yang penting adalah: pekerja harus mengetahui, data apa saja yang dikumpulkan perusahaan.

Sebuah perusahaan di AS melaksanakan pengawasan secara berbeda. Para pekerja sendiri yang diminta memasukkan data-datanya ke program, apa saja yang sudah dia kerjakan hari itu. Dari data itu terbentuk map kerja dan gambaran proyek. Dengan cara itu, atasan mendapat gambaran tentang kegiatan kerja dan penyelesaian pekerjaan tepat waktu.

Pembuat piranti lunak ini adalah Silvina Moschini. Awalnya dia hanya membuat program untuk perusahaannya. Sekarang dia menjualnya ke seluruh dunia.

Teknologi ubah cara kerja

Silvina Moschini adalah pendiri perusahaan Transparent Business. Ia menjelaskan, kalau bekerja dengan tim dari jarak jauh, ada tiga tantangan: kepercayaan, keterlibatan dan pertanggungjawabannya.

"Jadi kami mengembangkan alat untuk mengatur tim secara lebih efisien. Kemudian kami sadar, punya kantor tidak menguntungkan jika tim tersebar di beberapa negara." Demikian dipaparkan Moschini seraya menambahkan, teknologi ini mengubah cara kerja. "Ibaratnya dulu orang menerbangkan pesawat secara buta, sekarang dengan instrumen."

Piranti lunak untuk atur pekerjaan dari jarak jauh

Sejak pandemi COVID-19, permintaan untuk piranti lunak itu naik lima kali lipat. Program berfungsi baik dan dengan cara itu, spesialis yang cocok bisa ditemukan di seluruh dunia untuk setiap proyek.

"Semuanya terkait dengan kecerdasan buatan. Misalnya, mesin belajar menggunakan data-data untuk mempertemukan pekerja dengan kualifikasi yang tepat, dengan orang yang mencari pekerja dengan kualifikasi itu."

Ada pekerja yang ingin segera kembali bekerja di ruangan besar dengan banyak orang. Tapi banyak juga yang senang bekerja dari rumah. Bagi atasan, penggunaan piranti lunak untuk mengatur pekerjaan dari jarak jauh jadi makin penting.

(ml/rap)