1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
InovasiJepang

Jepang Ingin Jadi No 1 Lagi dalam Inovasi dan Teknologi

12 Januari 2022

Menteri Ekonomi Jepang mengatakan yakin negaranya akan mampu mengendalikan Covid-19 dan pada saat yang sama meraih pertumbuhan ekonomi. Yang perlu adalah tindakan yang seimbang, kata Daishiro Yamagiwa.

https://p.dw.com/p/45Ph5
Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang, Daishiro Yamagiwa
Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang, Daishiro YamagiwaFoto: Eugene Hoshiko/AP Photo/picture alliance

"Kami tahu penyakit menular tidak akan pernah hilang," kata Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Perindustrian Jepang Daishiro Yamagiwa kepada wartawan hari Rabu (12/1) di Tokyo. "Berdampingan dengan mereka sambil merevitalisasi ekonomi menuju pertumbuhan adalah tugas kami," tegasnya.

Jepang hingga kini berhasil mengurangi kasus infeksi baru ke tingkat yang sangat rendah dan mulai melonggarkan tindakan pembatasan. Sekalipun para ahli medis memang memperingatkan bisa terjadi lonjakan infeksi COVID dalam beberapa minggu ke depan karena varian omicron.

Tapi Daishiro Yamagiwa menerangkan, pemerintahnya telah merespons secara fleksibel terhadap "musuh tak terlihat" dan mengatur sistem karantina di rumah bagi mereka yang sakit dengan varian omicron, alih-alih rawat inap untuk semua. Pada saat bersamaan, vaksinasi booster akan dipercepat, tambahnya.

Warga menyambut tahun bari di Tokyo, 1 Januari 2022
Warga menyambut tahun bari di Tokyo, 1 Januari 2022Foto: Yuichi Yamazaki/Getty Images

Vaksinasi booster masih minim

Hingga kini vaksinasi booster di Jepang tertinggal dibandingkan dengan negara-negara industri lain seperti AS, Korea Selatan, dan sebagian Eropa. Memang sudah 80% populasi di Jepang divaksin penuh, tetapi kurang dari 1% yang sudah mendapatkan booster.

Kebanyakan warga Jepang mungkin baru akan mendapatkan suntikan booster setelah Maret mendatang. Itu berarti berminggu-minggu atau berbulan-bulan lebih lama dari jarak 6 bulan setelah vaksinasi penuh yang direkomendasikan para ahli kesehatan.

Para kritikus telah lama mengatakan, Jepang perlu meninggalkan sistem birokrasi yang berbelit-belit dan menjadi lebih dinamis dan kompetitif. Daishiro Yamagiwa mengatakan, negaranya akan mengandalkan teknologi digital, kecerdasan buatan, keberlanjutan, dan bioteknologi untuk keluar dari kelesuan ekonomi selama bertahun-tahun yang kemudian diperparah oleh pandemi.

Dengan pembaruan ekonomi Jepang akan "menjadi No 1 lagi"

"Seperti banyak negara lain di Asia, data PDB terbaru Jepang menunjukkan, pandemi COVID masih memberikan pengaruh kuat pada ekonomi," kata Robert Carnell, kepala penelitian regional di ING-Bank. Dia mengatakan banyaknya pembatasan aktivitas masyarakat telah mengurangi pengeluaran, perdagangan, dan investasi. .

Pemerintah Jepang baru-baru ini memerintahkan pembatasan di prefektur Okinawa, Yamaguchi, dan Hiroshima, karena terjadi lonjakan infeksi COVID -19 paling serius. Sepanjang presentasinya, Daishiro Yamagiwa beberapa kali mengacu pada platform "kapitalisme baru" yang dicanangkan Perdana Menteri Fumio Kishida.

Namun para kritikus mengatakan itu hanya slogan saja dan sejauh ini belum ada realisasinya. Menteri Ekonomi Jepang menegaskan, pemerintahnya akan bekerja untuk menaikkan upah, berinvestasi pada sumber daya manusia, dan menunjang perusahaan rintisan dan penelitian.

Yamagiwa mengakui perekonomian Jepang saat ini telah tertinggal di belakang adidaya ekonomi terkemuka lainnya, terutama dalam hal digitalisasi, kapitalisasi pasar dan bahkan pemenang Nobel. Namun dia mengatakan, Jepang memiliki kapasitas dan potensi besar, termasuk untuk memimpin dunia dalam teknologi virtual dan kecerdasan buatan. "Jepang akan menjadi No 1 di dunia," katanya.

hp/as (ap/rtr)