1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Investasi Hijau Bantu Perusahaan Penyerobot Lahan di Brasil

Sarah Sax | Mauricio Angelo
23 Juni 2023

Produsen kertas terbesar di Amerika Selatan, Suzano, menyerap miliaran Dollar AS dana investasi berkelanjutan, meski bergelimang kontroversi dan konflik dengan masyarakat adat. Laporan investigasi oleh DW Brasil.

https://p.dw.com/p/4SzBj
Truk kayu milik Suzano
Truk kayu milik Suzano, produsen kertas asal BrasilFoto: Ingrid Barros

Warga Curvelandia di negara bagian Maranhao, Brasil, menggunakan dahan pohon palem untuk memblokir jalan tanah yang melalui desa mereka. 

Aksi tersebut diadakan untuk mendesak Suzano, perusahaan perkebunan eukalyptus terbesar di Amerika Selatan, untuk mengaspal jalan lantaran sering dilintasi truk-truk perusahaan.

Kisruh antara warga dan Suzano berawal lebih dini, lantaran perusahaan dituduh melakukan penyerobotan lahan, tanpa memberikan kompensasi

"Tidak pernah ada kesepakatan. Mereka tidak membayar apapun,” kata Sandro Lucio, seorang warga lokal. "Mereka merobohkan pagar di lahan saya, menerobos masuk dengan truk dan membunuh kuda saya,” imbuhnya.

Perkebunan eukalyptus milik suzano
Perkebunan eukalyptus milik suzanoFoto: Ingrid Barros

Noktah di balik status keberlanjutan

Menurut dokumen Komisi Sekuritas dan Bursa AS yang diterima DW, Suzano menghadapi 262 sidang gugatan pelanggaran hak sipil dan lingkungan, serta 2.449 sidang gugatan pelanggaran hak buruh.

Tuduhan terhadap perusahaan mencakup penggunaan pestisida berlebihan, polusi sumber air, penyerobotan lahan dan kegagalan berkonsultasi dengan masyarakat adat dalam pembangunan infrastruktur.

Namun meski demikian, perusahaan yang mengelola satu juta hektar kebun eukalyptus di Brasil itu berhasil mendapat peringkat tinggi dalam indeks tata kelola pemerintahan, sosial dan lingkungan (ESG). Dengan status tersebut, Suzano mampu menjaring investasi berkelanjutan bernilai miliaran Dollar AS.

Pada 2016, Suzano menerbitkan surat utang berkelanjutan demi membiayai pengurangan emisi, efisiensi air dan keragaman gender di manajemen. Diperkirakan, sebanyak 39 persen utang yang dihimpun perusahaan berasal dari investasi hijau.

Nanas Lampung: Contoh Konsep Ekonomi Sirkular di Indonesia

Investasi hijau termasuk sektor keuangan dengan tingkat pertumbuhan tercepat. Bank Dunia memperkirakan, volume investasi berkelanjutan akan meningkat drastis dari USD 100 miliar dalam tiga tahun ke depan, menjadi 10 triliun pada 2030. 

Ward Warmerdam, peneliti keuangan senior di LSM Belanda, Profundo, meyakini masalah terbesar di balik kucuran investasi hijau untuk proyek bermasalah terletak pada pengawasan yang berbasis sukarela. "Semua insititusi keuangan mengembangkan kebijakan secara sukarela, artinya tidak ada standar, tidak ada regulasi dan pengawasan.”

Apakah peringkat ESG bisa dipercaya?

Lembaga penelitian keuangan Belanda, BankTrack, menempatkan Suzano ke dalam daftar merah investasi hijau, karena punya sejarah panjang penyerobotan lahan dan konflik sosial.

Wartawan Brasil, Antenor Ferreira, bahkan melaporkan sebanyak 70 persen lahan perkebunan Suzano di Maranhao didapat lewat aksi penyerobotan. 

Namun meski demikian, konflik antara Suzano dan warga lokal cenderung diabaikan dalam peringkat ESG. Indeks tersebut menilai ada atau tidaknya kebijakan perusahaan terkait hak asasi manusia atau perlindngan lingkungan. Kepatuhan terhadap regulasi keberlanjutan sebaliknya belum jadi pertimbangan.

Pertanian Urban Peluang Swasembada dan Pengurangan Emisi

Investor Belanda, Pensioenfonds Zorg en Welzijn (PFZW), mengatakan, dugaan pelanggaran oleh Suzano juga sudah dipantau melalui proses internal. Seorang juru bicara PFZW mengklaim pihaknya "terus berhubungan langsung dengan perusahaan untuk memahami tuduhan-tuduhan itu secara berkala,” kata dia, sembari menambahkan pemeriksaan internal "bisa mengarah kepada penarikan investasi.”

Dua investor Suzano lain, Credit Agricole dan Dana Pensiun Norwegia, menolak permintaan konfirmasi DW. Mereka hanya merujuk kepada kebijakan "kehutanan dan kelapa sawit,” serta haluan investasi bagi perusahaan untuk menghadapi "tantangan global” seperti krisis iklim.

rzn/as