1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PendidikanIndonesia

DAAD: Kota Kecil nan Indah di Jerman Diminati Pelajar

30 Januari 2024

Mulai dari universitas berkualitas, hingga ke romansa kehidupan khas kota kecil. Jerman memikat pelajar Indonesia. Perbincangan DW Indonesia dengan DAAD di Jakarta.

https://p.dw.com/p/4bqo4
Ilustrasi kuliah di lingkungan internasional
Ilustrasi kuliah di lingkungan internasionalFoto: Rainer Unkel/Imago Images

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 bukan hanya akan menjadi momen pergantian pemimpin negara. Pemilu juga punya pengaruh besar dalam berbagai sistem pemerintahan, politik, pembangunan, sampai pendidikan.

DW Indonesia berbincang dengan Dr. Guido Schnieders, Director Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) Jakarta tentang mengapa berkuliah di perguruan tinggi di Jerman sangat diminati. Mulai dari universitas yang berkualitas, jurusan kuliah dengan reputasi baik, hingga ke romansa kehidupan khas kota kecil Jerman yang menjadi salah satu daya tarik.

DW Indonesia: Dr. Schnieders, hingga kini ada berapa jumlah pelajar Indonesia yang menimba ilmu ke Jerman?

Dr. Guido Schnieders: Jerman banyak dipilih karena terjangkau, aman, peluang kerja besar, dan ramah muslim. Saat ini kami memiliki 5.600 mahasiswa Indonesia di Jerman yang belajar di berbagai universitas. Lebih dari 100 atau 200 orang dari mereka adalah siswa yang terdaftar dengan beasiswa Jerman. Jadi mayoritas orang Indonesia di Jerman belajar dengan beasiswa dari Indonesia atau biaya sendiri.

Dr. Guido Schnieders, Director Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) Jakarta
Dr. Guido Schnieders, Director Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) JakartaFoto: DAAD Jakarta

Jurusan apa yang paling banyak dicari dan diminati pelajar Indonesia di Jerman?

Dr. Schnieders: Jerman adalah negara teknik, dan menjadi negara tempat Pak Habibie belajar. Tentu saja jurusan yang sangat populer bagi siswa Indonesia adalah bidang teknik. Sekitar 50% mahasiswa Indonesia di Jerman belajar teknik. Tapi ini angka secara keseluruhan yang belajar di Jerman, bukan hanya dari beasiswa DAAD. 

Lebih dari 95%, siswa Indonesia di Jerman berada di Jerman tanpa beasiswa Jerman. Kami memberikan informasi tentang studi di Jerman, bukan cuma beasiswa saja. Untuk siswa yang ingin belajar di Jerman dan ingin tahu bagaimana menemukan universitas dan masih punya banyak pertanyaan, kami punya program konsultasi gratis melalui laman resmiDAAD . Diskusikan ide dan keinginan kalian dan kami memberikan informasi dan kontak universitas di Jerman.   

Ilustrasi konsultasi di DAAD Jakarta
DAAD Jakarta juga menyediakan konsultasi gratis bagi mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang perguruan tinggi JermanFoto: Adhytia Putra/DAAD Jakarta

Selain itu, apa lagi jurusan yang diminati?

Dr. Schnieders: Teknik tentu saja merupakan pilihan yang baik dan populer, tetapi Jerman juga kuat dalam mata pelajaran lain seperti ilmu pengetahuan dan matematika. Kelompok mata pelajaran ini kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu sosial dan bisnis.

Bagaimana dengan pasar tenaga kerja Eropa, keterampilan apa yang sangat dibutuhkan namun belum jadi pilihan bidang ilmu untuk mahasiswa? 

Dr. Schnieders: Di Jerman, kami memiliki banyak peluang di pasar tenaga kerja. Dan kami sebenarnya kekurangan orang dengan skill profesional terutama teknik dan IT. Jika kalian ambil jurusan tersebut, maka benar-benar tidak masalah untuk mencari pekerjaan di Jerman, bahkan peluangnya cukup bagus. Selain itu, lulusan universitas Jerman juga berpeluang untuk mencari pekerjaan di Jerman.

Terkadang, salah satu syarat untuk beasiswa adalah harus kembali ke negara asal, dalam hal ini Indonesia. Bagaimana dengan di DAAD?

Dr. Schnieders: Anda tahu bahwa di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia, mereka mewajibkan untuk kembali ke negara asal pemberi beasiswa. Jadi kalau Anda mengambil beasiswa dari Indonesia maka anda wajib kembali ke Indonesia. Tidak ada ikatan seperti itu untuk beasiswa kami.

Kenapa? Sekarang kita berbicara tentang ilmuwan, kita berbicara tentang akademisi. Kami menganggap akademisi dan ilmuwan orang-orang bebas membuat pilihannya sendiri. Ide dasarnya adalah Anda menginginkan seseorang yang kreatif dan inovatif dalam penelitian, maka mereka tidak bisa hanya mendengarkan orang dan hidupnya diatur. 

Lalu, kota apa yang paling populer bagi mahasiswa Indonesia?

Dr. Schnieders: Sebenarnya ada kota-kota tertentu di Jerman di mana ada populasi orang Indonesia yang tinggi. Biasanya ini adalah kota-kota yang relatif kecil tapi sangat indah. Terbanyak ada di Göttingen. Bahkan di sana ada yang namanya Kampung Melayu. Selain itu ada di Aachen…. Ya, itu, (kota itu) agak kecil, Jadi orang Indonesia suka.

Anda tidak dapat menggeneralisasi, tetapi banyak orang Indonesia pergi ke universitas yang lebih kecil, di perdesaan, lebih dekat dengan para profesor sehingga bisa bimbingan lebih baik jika Anda berada di universitas yang lebih kecil. Di kota yang lebih kecil, Anda tidak tersesat.

Bagaimana dengan negara Asia lainnya, apa punya minat yang sama?

Dr. Schnieders: Namun Indonesia masih memiliki semangat yang tinggi untuk belajar di Jerman. Di Malaysia ada antusiasme yang sama dengan Indonesia. Mereka memiliki banyak beasiswa dari pemerintah Malaysia. Jadi pemerintahnya merasa sangat penting untuk mengirim orang ke Jerman, terutama untuk teknik.

Dan di Singapura, situasinya sedikit berbeda. Tidak banyak orang Singapura yang kuliah di Jerman. Hanya ada beberapa, dan mereka sangat menghargai lulusan sarjana di NUS atau NTU.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!  

Salah satu fokus Anda saat ini adalah ke Afrika, bagaimana dengan Asia ?

Dr. Schnieders: Afrika adalah topik penting saat ini, termasuk untuk Uni Eropa. Tapi itu tidak akan mengorbankan fokus kami untuk Asia. Terutama untuk Asia Tenggara dengan populasi mudanya yang inovatif dan haus akan pendidikan dan pembangunan. Jadi Afrika itu penting, tetapi Asia Tenggara akan semakin penting. 

Apa rencana selanjutnya untuk Indonesia?

Dr. Schnieders: Kami ingin mempromosikan topik tentang pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, transisi energi, dan kesempatan yang sama untuk semua orang, serta mengadvokasi persamaan hak bagi perempuan.

Selain itu, kami ingin mendukung pemerintah Indonesia dalam hal mengembangkan pulau-pulau terluar Indonesia.

Menurut Anda apa tantangan terbesar dalam pendidikan tinggi Indonesia?

Dr. Schnieders: Pertama-tama ada banyak hal yang terjadi. Ini adalah universitas yang semakin profesional dan lebih internasional.  Para siswa, banyak dari mereka berbicara bahasa Inggris dengan cukup baik. Tapi 15 tahun yang lalu, kondisinya berbeda.

Tentu saja reformasi besar seperti misalnya program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) mungkin perlu disesuaikan di beberapa titik dalam beberapa detail, tetapi gagasan umum untuk membuka universitas agar lebih dekat dengan tuntutan industri. Untuk memberikan kebebasan kepada siswa dan memilih arah belajar dan internasionalisasi. 

Dan kemudian Anda memiliki beasiswa internasional ini, LPDP dan lainnya, dan itu tidak sebanding dengan 15 tahun yang lalu. Bagi saya, tentu saja, sebagai orang internasional dengan pandangan internasional, saya sangat menyambut baik pengembangan lebih banyak program pengajaran bahasa Inggris. Karena dengan begitu Anda dapat melakukan pertukaran, kemudian Anda dapat memiliki siswa internasional di kampus di Indonesia. Program untuk internasionalisasi tentu masuk akal.

Mungkinkah ini juga menjadi harapan bagi pemimpin baru Indonesia jelang Pemilu 2024?

Dr. Schnieders: Tentu saja berharap, tetapi juga berpikiran bahwa hasil Pemilu Indonesia akan berjalan dan diterima secara damai.

Di masa pemerintah yang akan datang, saya pikir penting untuk lebih mengembangkan sistem pendidikan. Melihat banyak anak muda Indonesia sekarang sebagai sebuah tantangan dan untuk membangun negara. Mereka juga haus akan pendidikan.

Tentu saja kami berharap untuk pembangunan lebih lanjut, perkembangan demokrasi lebih baik dari Indonesia dan pembangunan yang damai dan pembangunan menuju transisi energi dan mengurangi emisi karbon.

Itu akan sangat luar biasa, jika presiden baru juga berpikiran sama bahwa ini adalah hal yang penting. Karena (transisi energi dan mengurangi emisi karbon) juga bagian dari pendidikan bagi masyarakat.

Wawancara untuk DW Indonesia oleh C. Andhika S. dan telah diedit sesuai konteks.

C. Andhika S. Detail, humanis, dan tidak ambigu menjadi pedoman saya dalam membuat artikel yang berkualitas.