1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
IptekAmerika Serikat

Rendah, Risiko Flu Burung H5N1 di Kalangan Manusia

Fred Schwaller
21 Mei 2024

Flu burung H5N1 terdeteksi pada sapi dan produk susu di Amerika Serikat. Otoritas kesehatan mengatakan risikonya bagi ksehatan publik rendah, namun virus kemungkinan bisa beradaptasi untuk menginfeksi manusia.

https://p.dw.com/p/4g4dc
Peyebaran virus flu burung ke manusia rendah.
Wabah flu burung sejak tahun 2022 telah memaksa peternak unggas di seluruh dunia untuk memusnahkan ternak mereka dalam upaya menghentikan penyebaran virus.Foto: China Foto Press/IMAGO

Otoritas kesehatan AS telah mengkonfirmasi, virus flu burung yang sangat patogen (HPAI) telah menyebar di antara sapi perah di sembilan negara bagian Amerika Serikat (AS) sejak Maret 2024.

Virusflu burung H5N1 telah ditemukan pada susu mentah sapi yang terinfeksi, termasuk pada sampel susu yang dijual di toko kelontong.

Badan kesehatan AS menyatakan produk susu aman dikonsumsi jika dipasteurisasi karena proses pasteurisasi membunuh virus. Namun mereka menyarankan untuk tidak mengonsumsi produk susu mentah.

Flu burung H5N1 beradaptasi dan menyebar ke binatang lain

Virus H5N1 terutama beradaptasi untuk menginfeksi burung. Wabah penyakit sering terjadi pada burung liar dalam dua dekade terakhir. Terjadi wabah sporadis di peternakan unggas di seluruh dunia sejak tahun 2022, termasuk di Amerika Serikat dan Eropa.

Wabah yang terjadi pada sapi dan mamalia lainnya, termasuk rubah, beruang, cerpelai, kucing dan anjing peliharaan, menunjukkan kemungkinan H5N1 beradaptasi dan menular ke spesies lain.

"Sejak tahun 2022, virus H5N1 menyebar dengan sangat cepat dan menular ke hewan lain. Setiap kali menular ke mamalia, hal ini memberikan kesempatan bagi virus untuk beradaptasi dan menular antarspesies hewan,” kata Andrew Pekosz, seorang ahli imunologi di Johns Hopkins Bloomberg School. Public Health, AS, dalam jumpa pers pada  tanggal 15 Mei 2024.

Bisakah manusia tertular flu burung H5N1?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan dalam pembaruan laporan pada 14 Mei 2024, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa flu burung menyebar di antara manusia. Dikatakan juga bahwa risiko  virus itu bagi manusia saat ini rendah.

Bahkan H5N1 jarang menular dari satu orang yang terinfeksi ke kontak dekat, karena virus tersebut belum beradaptasi untuk bereplikasi di dalam sel manusia.

Ketika infeksi pada manusia terjadi sejak virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1997, virus tersebut tidak menyebar ke banyak orang. Sejak saat itu, terdapat kurang dari 1.000 (909) kasus HPAI H5N1 Asia pada manusia di seluruh dunia.

Dua orang telah dipastikan terinfeksi virus H5N1 dalam wabah yang terjadi saat ini di AS. Kasus pertama terjadi pada tahun 2022, sedangkan kasus kedua terkonfirmasi pada bulan April 2024 setelah terpapar sapi perah, yang diduga terinfeksi flu burung.

"Risiko terhadap manusia saat ini paling tinggi terjadi pada mereka yang pekerjaannya terpapar hewan yang rentan. Ini termasuk mereka yang bekerja di peternakan (sapi, babi, unggas, dll.) dan berhubungan dengan hewan liar,” kata Matthew Miller, ahli imunologi di McMaster University, Kanada.

Mutasi Virus Flu Bunuh Jutaan Orang

Bagaimana flu burung menyebar?

Para ilmuwan berpendapat virus menyebar melalui berbagai cara, seperti lewat air liur, lendir, atau kotoran burung.

Virus ini diperkirakan menyebar antarsapi melalui dua cara: Melalui proses pemerahan melalui susu yang terkontaminasi dan melalui jalur pernapasan. Namun tidak jelas jalur penularan apa yang paling umum terjadi antarhewan.

"Tampaknya peralatan pemerahan yang terkontaminasi mungkin menjadi sumbernya, mengingat tingginya jumlah virus yang ditemukan di ambing dan susu – namun jalur penularan lain juga mungkin terjadi,” kata Miller kepada DW melalui email.

Juga tidak jelas apakah tingginya kadar virus dalam air limbah mengindikasikan adanya infeksi pada sapi, burung, atau hewan lainnya.

Penularan virus antarsapi dapat menyebabkannya beradaptasi agar dapat bereplikasi pada manusia, namun belum ada bukti bahwa hal tersebut telah terjadi.

"Setiap kali manusia terinfeksi, virus ini memiliki "tiket lotere” yang memberikan kesempatan untuk "belajar” bagaimana cara menularkannya pada manusia secara efisien. Oleh karena itu, langkah-langkah yang sangat kuat harus diambil untuk melindungi mereka yang diketahui memiliki pekerjaan dengan risiko tinggi terpapar virus,” kata Miller.

Namun kabar baiknya, kata Pekosz, bukti yang ada saat ini menunjukkan virus ini tidak berubah dengan cepat setelah wabah baru-baru ini terjadi.

Otoritas kesehatan sedang memantau berbagai indikator flu burung, termasuk penyebaran virus ke, atau di antara, orang-orang di wilayah di mana virus tersebut teridentifikasi.

Pengambilan sampel air limbah menunjukkan, virus influenza A telah terdeteksi di beberapa lokasi di AS, termasuk di Alaska, California, Florida, Illinois, dan Kansas. Namun tidak jelas dari spesies mana virus tersebut berasal dari analisis ini.

"Para ilmuwan telah mengurutkan gen virus H5N1 yang ditemukan pada sapi dan hewan lainnya. Data tersebut menunjukkan, semua wabah berasosiasi dan terkait dengan satu sumber wabah, kemungkinan besar yang terjadi di sebuah peternakan sapi perah di Texas,” kata Pekosz, seraya menambahkan bahwa transportasi hewan juga berperan dalam hal ini. untuk "hampir semua kasus wabah di sembilan negara bagian AS."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Ada vaksin untuk virus H5N1

Vaksinasi unggas terhadap H5N1 tersebar luas di beberapa negara, seperti Prancis, misalnya.

Beberapa vaksin telah mendapat "lampu hijau” untuk digunakan pada manusia. Beberapa negara telah menimbun berbagai vaksin influenza, yang dapat segera diproduksi jika terjadi wabah H5N1 di komunitas manusia.

"Selama bertahun-tahun, kami telah melihat virus flu burung sebagai potensi pandemi berikutnya. Kami jauh lebih siap untuk bereaksi dan merespons potensi pandemi H5N1 dibandingkan dengan COVID-19,” kata Pekosz.

CDC merekomendasikan masyarakat untuk menghindari paparan tanpa alat pelindung terhadap hewan yang sakit atau mati tanpa perlindungan, termasuk burung liar, unggas, dan hewan peliharaan.

Badan ini juga merekomendasikan masyarakat untuk menghindari konsumsi makanan mentah atau setengah matang atau produk makanan mentah yang terkait, seperti susu (mentah) yang tidak dipasteurisasi.

ap/as