1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apakah Militer Jerman Bundeswehr Siap Tempur?

20 Desember 2022

Dalam Latihan NATO baru-baru ini, semua tank mutakhir Jerman jenis Puma yang dikerahkan mogok. Krisis alutsista militer Jerman memang sudah lama jadi sorotan. Apakah Bundeswehr siap beroperasi di masa krisis?

https://p.dw.com/p/4LEOK
Tank tempur Puma sedang dibawa dengan kendaraan khusus militer
Tank tempur Puma sedang dibawa dengan kendaraan khusus militerFoto: Philipp Schulze/dpa/picture alliance

Militer Jerman Bundeswehr Kembali menghadapi "bencana PR” setelah muncul laporan pada akhir pekan, bahwa dalam latihan perang NATO, alutsista paling mutakhirnya, tank tempur Puma, ternyata tidak satu pun yang berfungsi.

"Ini mimpi buruk," kata pemimpin fraksi oposisi CDU, Johann Wadephul, kepada stasiun penyiaran Jerman ARD. "Puma seharusnya menjadi sistem senjata utama tentara Jerman. Dan jika Puma tidak beroperasi, maka artinya militer tidak siap tempur."

Menteri pertahanan Christine Lambrecht (SPD) segera bereaksi. Dalam sebuah pernyataan dia mengatakan, kritik dari parlemen sepenuhnya benar. "Pasukan kita seharusnya dapat mengandalkan sistem senjata yang kuat dan stabil dalam pertempuran", tegasnya.

Christine Lambrecht selanjutnya mengatakan, dia telah menugaskan departemen terkait di militer dan pabrikan senjata Krauss-Maffei Wegmann dan Rheinmetall untuk memberi analisis lengkap tentang apa yang salah sampai akhir minggu depan. "Dalam latihan perang NATO selanjutnya, Jerman akan menggunakan tank yang lebih tua jenis Marder", jelasnya.

Tank tempur Puma adalah kendaraan lapis baja dengan sistem yang sangat kompleks dan mahal. Satu unit tank harganya 17 juta euro. ($18 juta). Pengembangannya butuh waktu lebih dari sepuluh tahun. Tank itu dimaksudkan untuk menggantikan jenis Marder, yang telah digunakan Jerman sejak tahun 1970-an. Tetapi Puma selalu mengalami gangguan teknis, terutama masalah elektronik. Meski dinyatakan rampung pada 2015,ternyata tidak semua tank Puma bisa digunakan secara handal.

Menteri pertahanan Jerman Christine Lambrecht
Menteri pertahanan Jerman Christine Lambrecht di Lituania, Oktober 2022Foto: Mindaugas Kulbis/AP Photo/picture alliance

Kehabisan amunisi

Panser Puma bukan satu-satunya masalah Bundeswehr. Baru-baru ini muncul laporan media yang menyebutkan, militer Jerman hanya memiliki cadangan amunisi untuk pertempuran sengit selama dua hari. Dalam beberapa dekade terakhir, militer Jerman memang telah menjual banyak simpanan amunisi dari era Perang Dingin, tetapi hingga kini belum mendapat pasokan amunisi baru.

Kondisi persenjataan Bundeswehr sudah lama menjadi sorotan dan sering menjadi bulan-bulanan media. Beberapa tahun terakhir banyak laporan tentang tank dan helikopter yang perlu diperbaiki, senapan yang rusak dalam cuaca panas, dan tentara yang harus berlatih dalam cuaca dingin tanpa pakaian dalam termal.

Menyusul invasi Rusia ke Ukraina, Kanselir Olaf Scholz mengumumkan kebijakan baru yang mengubah strategi pertahanan militer Jerman. Dia mengumumkan peningkatan anggaran pertahanan tahunan, menjadikannya yang terbesar di seluruh Eropa, dan menetapkan "dana khusus" 100 miliar euro per tahun untuk memodernisasi militer.

Karena Jerman belum memiliki pesawat tempur jenis baru, kementerian pertahanan akhirnya membeli 35 jet tempur mutakhir F-35 buatan Amerika untuk menggantikan armada jet tempur Tornado yang sudah tua. Tapi sebelumnya Jerman harus mempersiapkan bandara khusus untuk jet-jet siluman itu, dan persiapan akan memakan waktu hingga 2027 sebelum F-35 siap digunakan.

Sejarah panjang masalah alutsista

Masalah pasokan dasar alat utama sistem senjata (alutsista) sudah lama jadi perbincangan. Pejabat khusus urusan pertahanan di parlemen Jerman, Eva Högl (SPD), baru-baru ini mengatakan kepada surat kabar „Die Zeit" bahwa tentara Jerman masih harus berlatih tanpa semua peralatan pelindung yang diperlukan, termasuk pakaian dalam termal dan perlengkapan penting lainnya.

Dia mengatakan, masalahnya adalah kombinasi dari inefisiensi logistik dan kelambanan birokrasi. "Sayangnya, kadang-kadang ada juga ketidakpedulian dan sikap apatis di pihak pejabat yang bertanggung jawab di Bundeswehr. "Kami tidak memilikinya, bersabarlah, ini bukan masalah besar, kami akan mengirimkannya segera", itulah alasan usang yang selalu didengar para prajurit sepanjang waktu," kata Eva Högl.

Beberapa rintangan birokrasi sekarang sedang dibenahi: Aturan dan prosedur pemesanan diubah, sehingga pesanan yang lebih kecil tidak harus lagi melalui proses penawaran alias tender di seluruh Eropa, dan komandan diizinkan membelanjakan anggaran sampai maksimal 5.000 euro tanpa harus melalui prosedur pengadaan resmi yang bisa makan waktu berbulan-bulan. Sebuah berita ironis, bagi militer Jerman, salah satu negara paling maju dan kaya di Eropa: "Dengan sedikit keberuntungan, tentara Jerman akan mendapatkan kaus kaki baru mereka tepat waktu sebelum Natal tahun ini."

(hp/as)