1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apakah Konsumsi Ganja Menyebabkan Depresi pada Remaja?

Esteban Pardo
31 Mei 2023

Semakin banyak studi yang menghubungkan konsumsi cannabis atau ganja pada anak remaja dengan depresi. Namun, apakah benar itu penyebabnya atau masih ada fakstor-faktor lain? Masih belum jelas.

https://p.dw.com/p/4RyHY
Foto ilustrasi konsumsi ganja
Foto ilustrasi konsumsi ganja pada remajaFoto: Annette Riedl/dpa/picture alliance

Sikap global terhadap konsumsi ganja atau marijuana mulai berubah dan lebih mengarah ke eksplorasi penggunaan ganja sebagai obat potensial dan melegalkan konsumsinya. Sejauh ini sekitar 50 negara telah melegalkan ganja untuk penggunaan sebagai obat. Sedangkan delapan negara, termasuk Kanada, Uruguay, Meksiko, dan Thailand, serta 22 negara bagian di Amerika Serikat telah melegalkan konsumsi ganja untuk tujuan rekreasi.

Namun, seperti halnya tembakau dan alkohol, legalisasi bukan berarti ganja tidak berbahaya. Marijuana merupakan salah satu zat yang paling banyak digunakan di kalangan remaja di seluruh dunia. Di AS, lebih dari 2,5 juta remaja menggunakan ganja, menurut para peneliti dari Columbia University di New York, dan konsumsi ganja di kalangan remaja telah meningkat selama beberapa dekade terakhir.

Itulah mengapa tren legalisasi ganja telah menimbulkan kekhawatiran, terutama tentang potensi risiko kesehatan pada remaja. Selama masa remaja dan pubertas, otak masih berkembang hingga sekitar pertengahan 20-an, menurut Institut Kesehatan Mental Nasional AS. Selama waktu ini, ada perkembangan besar dan penyempurnaan di area otak yang berkaitan dengan penanganan emosi, mengatasi stres, penghargaan dan motivasi, pengambilan keputusan, mengendalikan impuls dan penalaran, untuk menyebutkan beberapa saja.

Pada masa pubertas, remaja tidak hanya mengalami perubahan drastis pada tubuhnya, melainkan juga bergumul dengan masalah seperti identitas, tekanan sosial, dinamika keluarga, keberhasilan di sekolah, dan banyak hal lainnya. Semua perubahan dan tekanan ini dapat membuat remaja lebih cenderung memiliki masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Situasi ini membuat mereka lebih mudah menggunakan zat seperti alkohol atau ganja untuk mengatasinya, menurut otoritas AS Substance Abuse and Mental Health Services Administration. Masalahnya, penggunaan ganja dalam jangka panjang juga dapat memperburuk kondisi kesehatan mental. Karena zat-zat seperti alkohol, tembakau, mariyuana, dan obat-obatan lain terbukti dapat mengubah atau menunda beberapa perkembangan yang biasanya terjadi selama masa remaja, menurut American Academy of Child and Adolescent Psychiatry.

Status legalisasi ganja global, Desember 2021
Status legalisasi ganja global, Desember 2021

Kaitan antara konsumsi ganja dan stres

Konsumsi ganja telah dikaitkan dengan kesulitan berpikir dan memecahkan masalah, ingatan dan pembelajaran, dan dengan berkurangnya koordinasi dan konsentrasi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, CDC. Masih belum jelas apakah masalah ini tetap ada setelah penggunaan ganja dihentikan.

Penelitian juga menunjukkan hubungan antara penggunaan ganja dan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Juga lebih mungkin bagi orang yang menggunakan ganja untuk mengalami episode psikotik. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, JAMA, awal bulan ini, menganalisis tanggapan hampir 70.000 remaja terhadap Survei Nasional Penggunaan Narkoba dan Kesehatan 2019.

Studi tersebut menemukan bahwa, dibandingkan dengan non-pengguna, mereka yang menggunakan ganja tetapi tidak memenuhi kriteria kecanduan melaporkan dua hingga empat kali lebih banyak masalah kesehatan mental seperti depresi, pikiran untuk bunuh diri, berpikir lebih lambat, dan kesulitan berkonsentrasi. Ini bisa menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi ganja dengan masalah kesehatan mental.

Namun, sebuah studi tahun 2022 yang diterbitkan dalam Journal of Psychopharmacology menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan ganja tidak lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, dibandingkan dengan orang dewasa yang menggunakan ganja. Hanya saja, remaja dengan kecanduan ganja memiliki kesehatan mental yang lebih buruk.

Apakah ganja penyebabnya?

Korelasi tidak sama dengan penyebab. Seperti dalam kasus ayam dan telur, sulit untuk mengatakan apakah penggunaan ganja pada remaja adalah penyebab kerentanan yang lebih tinggi terhadap depresi dan masalah kesehatan mental lainnya, atau apakah remaja dengan masalah ini menjadi lebih sering menggunakan ganja.

Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan di Frontiers in Psychiatry meneliti kaitan ganja dan otak remaja dan menyimpulkan bahwa karena banyak studi yang tersedia dilakukan dengan metode yang disebut cross-sectional, maka tidak diketahui terlalu banyak tentang sifat hubungan antara penggunaan ganja dan kesehatan mental.

Studi cross-sectional melihat kelompok orang yang berbeda pada titik waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang topik tertentu dengan mengumpulkan data dari berbagai kelompok individu sekaligus. Kemudian peneliti menganalisis data dan mencoba menemukan pola atau hubungan, tetapi mereka tidak dapat menetapkan apa penyebabnya.

Studi Frontiers of Psychology juga menekankan bahwa penggunaan ganja dan masalah kesehatan mental mungkin disebabkan oleh hal lain, seperti kerentanan remaja terhadap stres dan kecemasan. Jadi, untuk mengetahui apakah ganja memang menyebabkan masalah kesehatan mental pada remaja masih diperlukan lebih banyak penelitian.

(hp/yf)