1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Anak Rantau di Sektor Gastronomi Jerman Kala Pandemi

6 Maret 2022

Saat gastronomi Jerman terpukul pandemi COVID-19, beberapa warga Indonesia yang bekerja di sektor tersebut di Jerman juga terkena dampaknya. Bagaimana nasib mereka dan bagaimana pula menyiasatinya?

https://p.dw.com/p/47NCh
Gambar ilustrasi penerangan protokol kesehatan
Industri gastronomi di Jerman terkena dampak pandemiFoto: Hauke-Christian Dittrich/dpa/picture alliance

Hanna pusing tujuh keliling. Setengah tahun terakhir ini ia sah jadi pengangguran setelah para pegawai di restoran tempatnya bekerja dirumahkan. Pemudi asal Bangka ini menanggung biaya sekolah adik-adiknya di tanah air dan kebutuhan ibunya yang difabel di Indonesia.

"Buat sehari-hari di Jerman saja sudah pas-pasan ya uang pengangguran yang saya terima per bulan. Saya stres memikirkan keluarga saya di Indonesia. Tinggal enam bulan lagi saya masih dapat uang pengagguran. Jadi setengah tahun ini saya harsu aktif mencari kerja lagi,” ungkap perempuan yang sudah lima belas tahun tinggal di Kota Trier, Jerman ini.

Setelah pemutusan hubungan kerja, biasanya mantan karyawan di Jerman yang membayar iuran pengangguran, masih menerima uang tunjangan dari pemerintah sejumlah sekitar 60 persen dari gaji terakhir yang mereka terima. Namun tunjangan itu hanya berlaku maksimal selama setahun.

Nick Harefa bekerja di sektor gastronomi di Jerman dan dirumahkan
Nick Harefa bekerja di sektor gastronomi di JermanFoto: Nick Harefa

"Saya sampai cari psikolog karena tak mampu lagi berpikir jernih, tapi tak ada yang menerima pasien baru, karena banyak yang mengalami gangguan mental selama pandemi,” imbuh Hanna. "Kalau kita di Indonsia, masih ada orang-orang tempat kita berbagi rasa. Di sini, di rantau, kita sendirian. Itu yang berat,” imbuh Hanna.

Di Hamburg, Nick Harefa, diaspora lainnya juga ‘dirumahkan' karena restoran di hotel tempatnya bekerja terkena dampak pandemi COVID-19. Namun tidak sampai pemutusan hubungan kerja. "Walaupun saya hanya di rumah sampai hari ini, tapi saya masih menerima gaji 80% dari gaji bersih dan itu sangat membantu, di mana kita bisa melangsungkan hidup secara normal,” ungkap Nick mensyukuri keadaan yang dihadapinya saat pandemi di mana banyak restoran, kafe dan hotel mengalami goncangan.

Menjaga kesehatan mental, mencari kesibukan

Untuk menjaga mental tetap jernih ia berusaha keras mencari pelbagai kesibukan. Sebagimana diungkapkan Hanna, di Hamburg pun tak mudah memperoleh jadwal konsultasi psikolog atau psikiater. "Kita wajib mengisi kesibukan dengan hal-hal yang positif, contohnya kita berolahraga karena di masa pandemi ini kita kan ada keterbatasan untuk beraktivitas. Tapi kebetulan yang banyak saya lakukan adalah olahraga bersepeda atau kita jalan-jalan ke alam, untuk mensiasati supaya kita juga tidak bosan, supaya kita tidak jenuh menetap di rumah ya. Karena hampir dua tahun nih saya ada di rumah ya dan tidak bekerja. Walaupun menerima 80% dari gaji bersih, tapi kadang-kadang duit bukan segalanya," tandas Nick.

Nick membunuh kejenuhannya dengan  memgadakan acara siaran langsung di Instagram. "itu judulnya ‘Ngopi - Ngobrol Happy' bersama kita, jadi kita panggil artis-artis. Kita memang temanya Back to 90's ya, balik ke era 90-an. Jadi program talkshow ini sendiri lebih mengangkat ke artis-artis 90-an. Jadi kita undang seperti Nini Carlina, Irma June. Kita korek dan kita gali informasi dari narasumber atau artisnya. Dari mengobrol dengan mereka, kita belajar bertahan hidup,” papar Nick.

Semua ada prosesnya

"Dari artis-artis lawas itu kita bisa banyak belajar. Jadi ada banyak pengalaman yang kita petik, bahwa untuk menjadi seorang artis itu tentu tidak hanya mengutamakan sensasi melainkan prestasi, bahwa untuk menjadi seorang Irma June, untuk menjadi seorang Nini Carlina, itu tidak bisa langsung menjadi seperti saat ini. Kenapa mereka bisa bertahan di dunia industri hiburan? Karena kedisiplinan itu tadi, kerja keras dan tentunya semua dimulai dari nol, seperti saya kan tidak bisa di Jerman ini langsung jadi supervisor. Tidak. Saya memulai karier sebagai pengecek kebersihan kamar hotel. Semua perlu proses,” papar Nick.

Baik Nick maupun Hanna berharap kondisi pandemi ini cepat berlalu dan perekonomian kembali normal seperti sedia kala.