1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Berambisi Jadi Permaisuri, Gelar Selir Raja Thailand Dicabut

22 Oktober 2019

Raja Thailand Maha Vajiralongkorn mencabut seluruh gelar kerajaan dan pangkat militer yang dimiliki selir bernama Sineenat Wongvajirapakdi. Pelucutan ini disebut karena sang selir ingin diperlakukan bagai permaisuri.

https://p.dw.com/p/3Rhe7
Thailand Monarchie | König Maha Vajiralongkorn & Geliebte General Sineenat Wongvajirapakdi
Foto: Reuters/Royal Household Bureau

Sineenat yang dikenal dengan panggilan Koi berusia 34 tahun, merupakan mantan pengawal kerajaan dan perawat tentara.

Kerajaan menyebut ambisi Koi ingin menjadi permaisuri sama artinya dengan tidak mematuhi raja dan telah menciptakan konflik dengan melampaui kewenangannya dan menentang penunjukan Ratu Suthida sebagai permaisuri. Ambisi pribadi Koi ini menyebabkan perpecahan dan salah paham diantara kerabat kerajaan dan publik. 

Koi sebelumnya mendapatkan gelar Chao Kun Phra saat ulang tahun ke-67 Raja Vajiralongkorn pada Juli 2019, dan menjadikannya perempuan pertama dalam 100 tahun terakhir yang memperoleh gelar berharga itu. 

Setelah menyandang gelar tersebut, kerajaan merilis foto Koi yang berambut pendek dalam seragam tempur dan tengah menembakkan senjata, menerbangkan jet, dan bersiap untuk terjun payung dari pesawat.

Lahir di Provinsi Nan, Thailand, Koi lulus dari Sekolah Perawat Militer, dilatih sebagai pilot, dan mengabdi di unit penjaga raja sebagai jenderal bintang dua.

Prestasi yang diraih Koi kemudian menjadi sangat kontras dengan terjadinya pencopotan seluruh gelar ini. Berita ini lantas menyebar ke sejumlah media sosial. Pengguna Twitter di Thailand menggaungkan tagar #SaveKoi mereka menyesali perbuatan Sineenat. 

Hidupkan tradisi kerajaan

Perintah dari Raja Maha Vajiralongkorn tersebut diumumkan pada Senin (21/10) waktu setempat, hanya tiga bulan setelah ia menghidupkan kembali tradisi kerajaan dengan mengambil istri muda.

Raja Vajiralongkorn naik tahta setelah ayahandanya yaitu Raja Bhumibol Adulyadey yang memerintah Thailand selama 70 tahun meninggal pada 2016.

Thailand - Krönung von König Maha Vajiralongkorn - Rama X - Weg zum Tempel
Raja Maha Vajiralongkorn pada prosesi pelatikan di Bangkok, Thailand pada 5 Mei 2019.Foto: Reuters/J. Silva

Raja Vajiralongkorn memiliki 7 anak dari 3 pernikahan sebelumnya, yang semuanya berakhir dengan perceraian.

Selama beberapa dekade sebagai putra mahkota, kehidupan pribadi Vajiralongkorn sering menjadi topik gosip secara diam-diam. Ia pernah digambarkan oleh ibunya, lalu sang ratu, sebagai "sedikit Don Juan."

Tapi publik tidak dapat membahas tentang hal-hal seperti itu karena adanya hukum majeste, yang mengamanatkan hukuman penjara hingga 15 tahun bagi mereka dinyatakan bersalah karena menghina anggota keluarga kerajaan.

Pada Mei lalu, sang raja menunjuk teman lama Koi, yakni Suthida Vajiralongkorn Na Ayudhya sebagai ratu, beberapa hari sebelum penobatan secara resmi. Suthida dan Sineenatra sama-sama berusia 41 tahun. Keduanya telah menjabat sebagai senior petugas keamanan istana kerajaan. Suthida sebelumnya adalah pramugari maskapai Thai Airways, sedangkan Koi adalah seorang perawat tentara.

Raja menuduh Koi melakukan pelanggaran berat dengan aktif berusaha untuk menghalangi pengangkatan Suthida sebagai ratu, dan berupaya mengambil posisi itu untuk dirinya sendiri. Koi mengklaim ketika ia gagal memblokir saingannya, ia akan terus berambisi mencari cara untuk mendapatkan posisi permaisuri.

Dugaan pelanggaran Koi lainnya ialah menerima keuntungan dengan mengklaim hak prerogatif kerajaan dan mampu memerintahkan orang di sekitar. Ambisi Koi ini karena ia tidak puas dengan posisinya saat itu.

Keberadaan Koi saat ini belum dapat diketahui.

Jatuhnya Koi dari posisi selir Raja Thailand bukan hal dramatis dalam kehidupan sang raja. Sebelumnya beberapa kerabat istri ketiganya, Srirasmi, ditangkap sebagai bagian dari penyelidikan korupsi polisi dan didakwa dengan hukum majeste. Raja Vajiralongkorn kemudian menceraikannya dan dengan otomatis Srirasmi kehilangan gelar kerajaan.

ha/ae (afp)